Era tujuh puluhan hingga delapan puluhan negeri ini mulai dibanjiri produk-produk impor. Pusat-pusat perbelanjaan pun mulai tumbuh satu demi satu. Sebut saja Aldiron dan Pasaraya di kawasan Blok M atau Ratu Plaza di Jalan Sudirman. Gaya hidup pun kian menampakkan diri melanda publik konsumen, dari yang sudah punya penghasilan sendiri, hingga kaum muda yang notabene belum produktif. Hingga kala itu di sekolah-sekolah obrolan mengenai barang-barang baru selalu menarik jadi topik pembicaraan di antara murid. Mulai dari produk-produk fashion seperti sepatu impor seperti Nike atau Puma, hingga merek-merek mobil keluaran terbaru.
Zaman sekarang, beberapa topik tidak terlalu jauh berbeda. Merek-merek sepatu seperti Nike atau Puma belum kehilangan pamor. Namun merek-merek baru bermunculan seperti Crocs dan Charles & Keith mulai mengambil alih topik pembicaraan anak muda. Produk-produk fashion, kuliner, hingga otomotif jadi bagian penting dari gaya hidup. Anak muda yang ingin dibilang trendy dan tak ingin tertingal dalam pembicaran pasti tak ingin ketinggalan inforamsi mengenai produk-produk itu.
Ada yang membedakan era sekarang dibanding masa dua hingga tiga dekade lalu itu. Sebelum sembilan puluhan itu, gaya hidup belum merambah dunia teknologi. Meskipun penggunaan PC atau personal komputer di rumah-rumah sudah mulai di era delapanpuluhan, namun hal ini belum menjadi bagian dari trend gaya hidup. Sebabnya penggunaan komputer masih terbatas untuk mengetik, membuat database, belajar membuat program sederhana atau sekadar untuk bermain game. PC dengan layar monitor tabung, papan keyboard, kotak CPU, belum lagi ditambah stabilizer menjadi perangkat yang tidak praktis dibawa kemana-mana.
Revolusi teknologi digital selama kurun dua dekade terakhir ini membuat PC semakin ringkas. Pemandangan mahasiswa yang mengantri di rental komputer kini berganti dengan mahasiswa yang ke mana-mana menjinjing laptop, notebook, netbook, tablet PC, iPad, dan entah istilah apa lagi. Warnet-warnet pun banyak yang sudah gulung tikar karena hampir semua gedung-gedung kuliah sudah dilengkapi dengan internet tanpa kabel yang dapat diakses oleh mahasiswa.
Produk-produk teknologi semakin canggih, semakin kecil dan semakin mendekat ke manusia dengan ukuran yang semakin kecil dan penggunaan yang semakin “friendly”. Istilah produk-produk gadget pun lahir. Di awal sembilan puluhan pager atau penyeranta adalah produk gadgetpertama yang fenomenal. Awalnya banyak dipakai di kalangan dokter atau para salesman yang bergerak di lapangan. Namu akhirnya produk ini pun segera menjadi trend di kalangan anak muda. Cukup dengan mengenakan pager di ikat pinggang atau sekadar menampakkan rantainya saja.
Tidak lama setelah periode itu tibalah periode telepon genggam seluler di pertengahan sembilanpuluhan yang seolah langsung mengusir periode pager. Meskipun bentuknya hampir seukuran batu bata dengan antena yang panjang, namun pada jamannya bangga betul jadi anak muda jika kemana-mana sudah menenteng telepon seluler. Kini, memiliki perangkat blackberry tercanggih sudah jamak, bahkan untuk ukuran anak SMA sekalipun.
Inilah yang membedakan topik obrolan anak muda dulu dan sekarang. Perkembangan gadget, produk-produk terbaru, berikut segala fitur-fiturnya menjadi bagian tak terisahakan dari obrolan sehari-hari anak muda sekarang. Dari anak muda usia sekolah menengah hingga pekerja muda kantoran tidak ada yang tidak bergairah membicarakan produk-produk teknologi dan gadget keluaran terbaru.
Pada awalnya, produsen perangkat teknologi dan gadget ini tampaknya tidak terlalu menyasar anak muda. Namun kini tak dapat dipungkiri, anak muda adalah pasar terbesar produk-produk teknologi gadget. Anda tentu masih ingat ketika Nokia Communicator diluncurkan beberapa tahun lalu. Sesungguhnya produk ini menyasar pasar ekseskutif. Namun ketika sedang booming, produk ini tetap saja jadi incaran kelas pelajar dan mahasiswa, tentunya yang cukup berduit untuk memilikinya.
Sudah menjadi sifat anak muda bahwa mereka memiliki kemampuan adaptasi yang lebih lentur daripada orang dewasa. Dengan demikian anak muda lebih cepat beradaptasi dengan hal baru. Dalam teknologi digital ada sistem operasi yang dinamakan platform. Biasanya, orang dewasa kalau sudah terbiasa pada sebuah mekanisme cara kerja suatu platform akan enggan mempelajari platform yang lebih baru. Coba saja tanyakan platform terbaru seperti Android, dengan senang anak-anak muda akan memaparkannya. Orang muda memang lebih lentur untuk membiasakan diri pada hal-hal baru. Malah, mereka cenderung cepat bosan dan justru ingin mencoba hal-hal yang baru, terutama menyangkut teknologi.
Di kalangan orang muda malah ada label tersendiri untuk menggolongkan orang yang tidak mengikuti perkembangan teknologi, yakni gaptek atau gagap teknologi. Kaum dewasa adalah kalangan yang paling sering mereka anugerahi label ini. Dan di kalangan mereka sendiri mereka pun berusaha mengikuti perkembangan teknologi. Tengok saja berbagai majalah yang khusus membahas dari mulai teknologi informasi, sampai tabloid khusus mengenai teknologi seluler dan telepon genggam. Segmen pembaca media seperti ini memang dari rentang usia muda. Jadi, Anda tidak ingin dibilang gaptek oleh orang muda? Ikutin trend gadget dong.
-------------------
Artikel ini ditulis berdasarkan analisa hasil riset sindikasi terhadap hampir 800 responden anak muda di 6 kota besar di Indonesia, SES A-B, Umur 16-35, yang dilakukan bulan Februari-Maret 2010 oleh MarkPlus Insight berkerjasama dengan Komunitas Marketeers.
Tulisan 41 dari 100 dalam rangka MarkPlus Conference 2011 “Grow With the Next Marketing” Jakarta, 16 Desember 2010, yang juga didukung oleh Kompas.com dan www.the-marketeers.com
Artikel ini ditulis berdasarkan analisa hasil riset sindikasi terhadap hampir 800 responden anak muda di 6 kota besar di Indonesia, SES A-B, Umur 16-35, yang dilakukan bulan Februari-Maret 2010 oleh MarkPlus Insight berkerjasama dengan Komunitas Marketeers.
Tulisan 41 dari 100 dalam rangka MarkPlus Conference 2011 “Grow With the Next Marketing” Jakarta, 16 Desember 2010, yang juga didukung oleh Kompas.com dan www.the-marketeers.com